BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar
sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahamidan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara
menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan)
maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang
seobyektif mungkin.Dengan demikian, semua
kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan
kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa.
Perlunya diadakan diagnosis belajar
karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknyamendapat kesempatan dan pelayanan
untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan,kecerdasan,
bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem
pengajaran di sekolahseharusnya memberi
kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya.
Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang
dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menanganisiswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang
terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasikesulitan belajar
siswa.Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat
diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti
masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti berhasil
atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarganya sendiri
Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya pada guru.
Oleh karena itu, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya pada guru.
Kekeliruan/ketidaklengkapan
persepsi mereka terhadap proses belajar dan hal-hal yang Berkaitan dengannya
akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta
didik.
Pengertian
Belajar Menurut Para Ahli:
1.
Menurut Skinner ( 1985 )
Memberikan definisi belajar adalah “Learning
is a process of progressive behavior adaption”. Yaitu bahwa belajar itu
merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif.
2.
Menurut Mc. Beach ( Lih Bugelski 1956 )
Memberikan definisi mengenai belajar.
“Learning is a change performance as a result of practice”. Ini berarti
bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai
akibat dari latihan ( practice ).
3.
Menurut Morgan, dkk ( 1984 )
memberikan definisi mengenai belajar
“Learning can be defined as any relatively permanent change in behavior
which accurs as a result of practice or experience.” Yaitu bahwa perubahan
perilaku itu sebagai akibat belajar karena latihan (practice) atau karena
pengalaman ( experience ).
4.
Menurut Hilgarde dan Bower, dalam buku Theories of Learning, ( 1975 )
Mengemukakan belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan
respons pembawaan, pematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya
kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.
5.
Menurut Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif ( 2005 )
belajar adalah suatu proses
perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir, dan lain-lain kemampuan.
Definisi
belajar
Sebagian
orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau
menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajar.
Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika
anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian
informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
Di
samping itu, ada pula yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti
yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Persepsi ini biasanya akan merasa
puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah
tertentu, walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat dan tujuan
keterampilan tersebut.
Untuk menghindari ketidaklengkapan tersebut penyusun akan melengkapi sebagian Definisi dengan komentar dan interprestasi seperlunya.
Untuk menghindari ketidaklengkapan tersebut penyusun akan melengkapi sebagian Definisi dengan komentar dan interprestasi seperlunya.
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam Rumusan. Rumusan pertama berbunyi belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Rumusan keduanya belajar adalah proses
memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Hintzman dalam bukunya menyatakan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
With dalam bukunya menyatakan
belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala
macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat.
Dalam definisi ini terdapat empat
macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar.
1.Relatively permanent, yang secara umum menetap
2.Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.Reinforce, yang diperkuat
4.Practice, Praktek atau latihan
Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam 3 macam Rumusan, yaitu Rumusan kuantitatif, Rumusan institusional, Rumusan kualitatif.
1.Relatively permanent, yang secara umum menetap
2.Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.Reinforce, yang diperkuat
4.Practice, Praktek atau latihan
Biggs dalam Pendahuluan teaching for learning mendefinisikan belajar dalam 3 macam Rumusan, yaitu Rumusan kuantitatif, Rumusan institusional, Rumusan kualitatif.
2.2 Memori belajar
Dalam
lingkup ilmu Psikologi, ada beberapa teori mengenai Memori yang dikemukakan
oleh para ahli. Di bawah ini akan dibahas beberapa dari teori-teori tersebut.
Association Model (Model Asosiasi)
Teori awal mengenai Memori dikenal sebagai Association Model (Model Asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini antara lain adalah Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai fungsi lupa serta savings.
Association Model (Model Asosiasi)
Teori awal mengenai Memori dikenal sebagai Association Model (Model Asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini antara lain adalah Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai fungsi lupa serta savings.
Cognitive Model
(Model Kognitif)
Cognitive Model (Model Kognitif) mengatakan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut:
Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.
Cognitive Model (Model Kognitif) mengatakan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut:
Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary lingering of sensory information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut.
Memori
Jangka Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori
Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat
ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di
Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal
(mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita
mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi
sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah
ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di
mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa
potongan yang lebih mudah diingat.
Memori
Jangka Panjang: Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan
dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita
membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita
akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi
yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa:
Recognition:
Mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam
soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena
semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang
benar di antara pilihan yang ada.
Recall: Mengingat kembali informasi yang
pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta
menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut
harus melakukan proses recal.
Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.
Tulving’s Theory of Multiple Memory Systems
Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori:
1. Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus.
2. Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk verbal.
3. Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Tulving mengajukan bukti adanya sistem memori yang terpisah-pisah seperti di atas antara lain melalui:
1. Amnesia: Adanya amnesia yang berbeda-beda, misalnya penderita amnesia yang melupakan semua Memori Episodik (pengalaman masa lalu), tapi masih mengingat Memori Prosedural.
Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya menyerang sistem memori tertentu saja.
2. Ingatan implicit:
Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian, rangsang –respon. Kegunaan dari ingatan implisit adalah tempat skema kelekatan, ''transference'', dan super ego.
Beberapa ciri dari ingatan implisit adalah :
1. Berkembang lebih awal / bias (subkortikal)
2. Bias hemisfer kanan
3. Berpusat pada Amigdala
4. Bebas dari konteks atau tidak memiliki sumber atribusi atau pelabelan
Ingatan eksplisit:
Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi. Kegunaan dari ingatan eksplisit adalah untuk informasi sosial dan identitas, penggambaran otobiografi, aturan sosial, norma, harapan.
Beberapa ciri dari ingatan eksplisit adalah :
Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya.
Tulving’s Theory of Multiple Memory Systems
Menurut Tulving, Memori dapat dilihat sebagai suatu hirarki yang terdiri dari tiga sistem Memori:
1. Memori Prosedural: Memori mengenai bagaimana caranya melakukan sesuatu, misalnya Memori mengenai bagaimana caranya mengupas pisang lalu memakannya. Memori ini tidak hanya dimiliki manusia, melainkan dimiliki oleh semua makhluk yang mempunyai kemampuan belajar, misalnya binatang yang mengingat bagaimana caranya melakukan akrobat di sirkus.
2. Memori Semantik: Memori mengenai fakta-fakta, misalnya Memori mengenai ibukota-ibukota Negara. Kebanyakan dari Memori Semantik berbentuk verbal.
3. Memori Episodik: Memori mengenai peristiwa-peristiwa yang pernah dialami secara pribadi oleh individu di masa yang lalu. Misalnya Memori mengenai pengalaman masa kecil seseorang.
Tulving mengajukan bukti adanya sistem memori yang terpisah-pisah seperti di atas antara lain melalui:
1. Amnesia: Adanya amnesia yang berbeda-beda, misalnya penderita amnesia yang melupakan semua Memori Episodik (pengalaman masa lalu), tapi masih mengingat Memori Prosedural.
Penyakit Alzheimer’s yang juga hanya menyerang sistem memori tertentu saja.
2. Ingatan implicit:
Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian, rangsang –respon. Kegunaan dari ingatan implisit adalah tempat skema kelekatan, ''transference'', dan super ego.
Beberapa ciri dari ingatan implisit adalah :
1. Berkembang lebih awal / bias (subkortikal)
2. Bias hemisfer kanan
3. Berpusat pada Amigdala
4. Bebas dari konteks atau tidak memiliki sumber atribusi atau pelabelan
Ingatan eksplisit:
Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi. Kegunaan dari ingatan eksplisit adalah untuk informasi sosial dan identitas, penggambaran otobiografi, aturan sosial, norma, harapan.
Beberapa ciri dari ingatan eksplisit adalah :
1.Berkembang
belakangan / bias kortikal
2.Bias hemisfer kiri
3.Hippocampal / dorsal lateral
Cara Meningkatkan Kemampuan Memori:
Tidak semua orang lahir dengan otak yang jenius, yang menurut banyak orang sebagai syarat untuk berprestasi. Itu tidak berarti bahwa kemampuan otak anda yang biasa saja tidak dapat berprestasi melebihi mereka yang cerdas dan jenius. Semua tergantung dari bagaimana anda memaksimalkan kemampuan kerja otak anda. Seperti halnya otot kita, semakin sering kita menggunakannya dan melatihnya, maka semakin besar dan kuat kemampuannya. Begitu juga dengan otak kita.
Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.
Orang yang memiliki kemampuan Memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.Proses encoding yang majemuk dan bermakna.
2. Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi
3.Banyak latihan
Contoh orang-orang dengan kemampuan Memori yang tinggi:
1.Steve Faloon: dapat mengingat deretan angka yang panjang
2.Bias hemisfer kiri
3.Hippocampal / dorsal lateral
Cara Meningkatkan Kemampuan Memori:
Tidak semua orang lahir dengan otak yang jenius, yang menurut banyak orang sebagai syarat untuk berprestasi. Itu tidak berarti bahwa kemampuan otak anda yang biasa saja tidak dapat berprestasi melebihi mereka yang cerdas dan jenius. Semua tergantung dari bagaimana anda memaksimalkan kemampuan kerja otak anda. Seperti halnya otot kita, semakin sering kita menggunakannya dan melatihnya, maka semakin besar dan kuat kemampuannya. Begitu juga dengan otak kita.
Para ahli masih memperdebatkan apakah Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.
Orang yang memiliki kemampuan Memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.Proses encoding yang majemuk dan bermakna.
2. Memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi
3.Banyak latihan
Contoh orang-orang dengan kemampuan Memori yang tinggi:
1.Steve Faloon: dapat mengingat deretan angka yang panjang
2. John Conrad:
dapat mengingat pesanan makanan di restoran dengan sangat baik
3. Rajan: dapat mengingat angka phi
Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain:
1. Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.
2. Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat.
3. Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama.
3. Rajan: dapat mengingat angka phi
Bagi orang normal, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Memori, antara lain:
1. Mnemonic: Menciptakan asosiasi antar hal yang harus diingat.
2. Method of loci: Berusaha menciptakan gambaran seperti peta di benak kita dan mengasosiasikan tempat-tempat dalam peta itu dengan hal yang ingin diingat.
3. Peg word/ irama: Mengasosiasikan kata yang ingin diingat dengan kata lain yang berirama.
Menggunakan
bayangan visual, misalnya John Conrad menggunakan bayangan visual untuk
mengingat pesanan makanan dari para tamu. Memahami hal yang harus diingat, dan
tidak hanya menghafalkan di luar kepala. Hal yang dipahami akan diingat lebih
lama daripada hafalan luar kepala.
Konteks
ketika suatu hal sedang dipelajari sama dengan konteks ketika hal tersebut
harus diingat kembali (encoding specificity). Memori akan baik ketika individu
merasa terlibat secara emosional, namun keterlibatan emosional tidak terlalu
tinggi.Menggunakan sebanyak mungkin cue ketika berusaha mengingat sesuatu.
Memori
akan lebih baik jika sesuatu dipelajari berulang kali walaupun masing-masing
sesi cukup pendek, daripada mempelajari sesuatu dalam satu sesi yang panjang.
Jadi, lebih baik mempelajari sesuatu dalam 3 sesi terpisah yang masing-masing
lamanya 20 menit daripada 1 sesi yang lamanya 1 jam.
Memori akan lebih baik jika bahan pelajaran disimpan dalam beberapa cara,
misalnya mengingat suatu pelajaran baik dari segi visual maupun audio akan
lebih baik daripada hanya salah satu saja.
Perspektif Agama Islam Tentang Memori/Ingatan
Perspektif Agama Islam Tentang Memori/Ingatan
Dalam ajaran Islam kita selalu dianjurkan untuk mengingat tempat kita kembali, yaitu kampung akherat. Sehingga Rasullullah bersabda “ Aktziruu minhaa dhimilladdaati” yang artinya ‘perbanyaklah dari mengingat pemotong kelezatan’. (H.R.AtTurmudzi, An Nasa’I Ibnu Majah dari hadist Abu Hurairah.
Maksudnya
adalah agar kita menyempitkan ingatan tentang kelezatan dunia atau dalam bahasa
orang dimabuk cinta adalah keindahan dunia, sehingga kita terputus
kecenderungan kita kepadanya, maka kita akan menghadap Allah Ta’ala dengan
ringan dan wajah berseri tanpa beban. Kisah lain adalah ketika Aisyah RA
berkata :”Wahai Rasullullah SAW! Adakah seseorang dikumpulkan bersama
orang-orang yang mati Syahid?” Rasulullah menjawab “ na’am man yadlkurullmawta
filyawmi wallailati isyriina marrota” artinya ‘ya, orang yang mengingat
kematian sehari semalam dua puluh kali’. Maksudnya bahwa sebab keutamaan
mengingat kematian ini menyebabkan kita renggang dari tipu daya dan menuntut
persiapan bagi akherat.
Kisah lain diriwayatkan oleh Atha’Al Kusarani bahwa ketika Rosulullah SAW melewati suatu majlis yang dikeraskan tertawa padanya, maka beliau bersabda “ Syuubuu majlisakun bidlikri mukaddirilladdati” yang artinya ‘Campurlah majlismu dengan mengingat pengaruh kelezatan” mereka yang di majlis kertanya “apa itu pengaruh kelezatan?” Rasul bersabda “Almawta” yang artinya ’kematian’(HR Ibnu Abid Dunya) Ingatan kita terhadap kematian melembutkan hati kita, melunturkan ambisi-ambisi keduniawian, sehingga Insya Allah membuat hati kita tenang jika bertemu dengan kematian.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’Ulumiddin jilid 9 dikatakan bahwa kematian itu menakutkan dan bahayanya itu besar. Dan kelalaian manusia tentang kematian itu karena sedikitnya fikiran mereka padanya dan ingatan mereka padanya. Barang siapa mengingat kematian dimana ia tidak mengingatnya dengan hati yang kosong, tetapi disibukkan dengan nafsu Syahwat dunia, maka mengingat kematian tidak berguna dalam hatinya Maka jalan untuk mengingat kematian adalah bahwa seorang hamba mengosongkan hatinya dari setiap sesuatu selain dari mengingat kematian yang dihadapannya, Agar membekas dihatinya.
Kisah lain diriwayatkan oleh Atha’Al Kusarani bahwa ketika Rosulullah SAW melewati suatu majlis yang dikeraskan tertawa padanya, maka beliau bersabda “ Syuubuu majlisakun bidlikri mukaddirilladdati” yang artinya ‘Campurlah majlismu dengan mengingat pengaruh kelezatan” mereka yang di majlis kertanya “apa itu pengaruh kelezatan?” Rasul bersabda “Almawta” yang artinya ’kematian’(HR Ibnu Abid Dunya) Ingatan kita terhadap kematian melembutkan hati kita, melunturkan ambisi-ambisi keduniawian, sehingga Insya Allah membuat hati kita tenang jika bertemu dengan kematian.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’Ulumiddin jilid 9 dikatakan bahwa kematian itu menakutkan dan bahayanya itu besar. Dan kelalaian manusia tentang kematian itu karena sedikitnya fikiran mereka padanya dan ingatan mereka padanya. Barang siapa mengingat kematian dimana ia tidak mengingatnya dengan hati yang kosong, tetapi disibukkan dengan nafsu Syahwat dunia, maka mengingat kematian tidak berguna dalam hatinya Maka jalan untuk mengingat kematian adalah bahwa seorang hamba mengosongkan hatinya dari setiap sesuatu selain dari mengingat kematian yang dihadapannya, Agar membekas dihatinya.
Untuk
bertemu dengan kematian diri maka hendaknya kita mengingat tentang kematian
orang –orang yang sudah mati serta biarkan imajinasi kita merangkaikan proses
membusuknya bangkai dalam tanah, bayangkan pula orang-orang yang telah
ditinggalkannya, ingat akan cita-citanya, semangatnya, angan-angannya, dan
lain-lain hingga diperoleh pelajaran darinya.
Dari penjelasan tersebut di atas Islam menganjurkan kita untuk selalu memperbaharui ingatan atau memori ini agar tidak tinggal diam. Karena memori bukan merupakan sesuatu yang statis. Memori bersifat aktif dan selalu terkait dengan hati dan pikiran dan realitas kehidupan.
Dari penjelasan tersebut di atas Islam menganjurkan kita untuk selalu memperbaharui ingatan atau memori ini agar tidak tinggal diam. Karena memori bukan merupakan sesuatu yang statis. Memori bersifat aktif dan selalu terkait dengan hati dan pikiran dan realitas kehidupan.
Perspektif Psikologi
Menurut para ahli psikologi
pendidikan khususnya yang tergolong cognitifist (ahli sains kognitif) sepakat
bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan sangat erat dan tidak
mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu
sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan
ia merupakan storage system, yakni sistem Penyimpanan informasi dan pengetahuan
yang terdapat di dalam otak manusia
Dalam otak kita ada yang dinamakan skema (skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahami kalimat. Cultural skema untuk menafsirkan mitos dan kepercayaan adat dan seterusnya. Skema ini berada dalam sebuah kumpulan yang disebut schemata atau schemas (jamak dari schema) yang tersimpan dalam sub sistem akal permanen manusia.
Dalam otak kita ada yang dinamakan skema (skema kognitif) adalah semacam file yang berisi informasi dan pengetahuan sejenis seperti linguistic schema untuk memahami kalimat. Cultural skema untuk menafsirkan mitos dan kepercayaan adat dan seterusnya. Skema ini berada dalam sebuah kumpulan yang disebut schemata atau schemas (jamak dari schema) yang tersimpan dalam sub sistem akal permanen manusia.
Menurut Best (1987) setiap informasi
yang kita terima sebelum masuk dan diproses oleh sub sistem akal pendek (short
term memory) terlebih dahulu di simpan sesaat atau Tepatnya lewat karena dalam
waktu sepersekian detik yang disebut sensory memory alias sensory register
yakni subsistem penyimpanan pada saraf indera penerima informasi dalam dunia
kedokteran subsistem ini disebut “syaraf sensori” yang berfungsi mengirimkan
influsi ke otak.
Ragam Pengetahuan Dan Memory
Ragam Pengetahuan Dan Memory
Ditinjau dari sifat dan cara
penerapannya, ilmu pengetahuan terdiri atas dua macam, yakni; declarative
knowledge dan procedural knowledge (Best, 1989, Anderson, 1990). Pengetahuan
deklaratif dan prosedural proporsional ialah pengetahuan mengenai informasi
factual yang pada umumnya berfsifat statis-nomatif dan dapat dijelaskan secara
lisan isi pengetahuan ini berupa konsep-konsep yang dapat ditularkan kepada
orang lain melalui ekspresi tulisan/lisan dengan demikian pengetahuan
deklaratif adalah knowing that atau “mengetahui bawah”. Juga disebut state able
concept and fact, yaitu konsep dan fakta yang dapat dinyatakan melalui ekspresi
lisan (Evans, 1991)
Sebaliknya pengetahuan prosedur
adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan jasmaniah yang
cenderung bersifat dinamis. Namun, pengetahuan didemonstrasikan dengan
perbuatan nyata. Jadi, pengetahuan prosedural lazim disebut sebagai knowing how
atau “mengetahui cara” melakukan sesuatu perbuatan pekerjaan dan tugas
tertentu.
Selanjutnya ditinjau dari sudut sejenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri dari dua macam:
1.Semantic memory (memori semantic), yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian
2.Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Selanjutnya ditinjau dari sudut sejenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia itu terdiri dari dua macam:
1.Semantic memory (memori semantic), yaitu memori khusus yang menyimpan arti-arti atau pengertian-pengertian
2.Episodic memory (memori episodik), yaitu memori khusus yang menyimpan informasi tentang peristiwa-peristiwa.
Ragam Alat Belajar
Ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan adalah sebagai berikut:
1.Indera penglihat (mata) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual
2.Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal
3.Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).
Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam hubungan dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional.
Ragam alat fisio-psikis itu, seperti yang terungkap dalam beberapa firman Tuhan adalah sebagai berikut:
1.Indera penglihat (mata) yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual
2.Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal
3.Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).
Alat-alat yang bersifat fisio-psikis itu dalam hubungan dengan kegiatan belajar merupakan subsistem-subsistem yang satu sama lain berhubungan secara fungsional.
2.3 Fase-Fase Dalam Proses Belajar
1.Definisi proses Belajar
Proses
dari bahasa latin “processus" yang berarti “berjalan ke depan” menurut
Chaplin (1972) proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau
kejiwaan.
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa
Dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara/langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hail-hasil tertentu (Reber, 1988). Jadi proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, efektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa
2.Fase-Fase dalam proses Belajar.
Menurut
Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S.R Bond dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase.
a.Fase informasi (tahap penerimaan materi)
b.Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c.Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
a.Fase informasi (tahap penerimaan materi)
b.Fase transformasi (tahap pengubahan materi)
c.Fase evaluasi (tahap penilaian materi)
Menurut
Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses belajar
selalu berlangsung dalam 3 tahapan.
a.Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b.Storage (tahap penyimpanan informasi)
c.Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).
a.Actuation (tahap perolehan/penerimaan informasi)
b.Storage (tahap penyimpanan informasi)
c.Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Definisi
belajar dapat ditinjau dari sudut-sudut pandang : Kuantitatif, Institusional ,
Kualitatif. Definisi belajar pada asasnya ialah: tahapan perubahan perilaku
siswa yang relative positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Belajar
memiliki arti penting bagi siswa dalam : melaksanakan kewajiban keagamaan,
meningkatkan derajat kehidupan, dan mempertahankan dan mengembangkan kehidupan. Dalam perspektif
psikologi, antara belajar, memori, dan pengetahuan terdapat hubungan yang tak
terpisahkan. Dalam perspektif agama islam memperoleh pengetahuan yang
menggunakan memori dan sensori itu hukumnya wajib.
Menurut
aliran behaviorisme, setiap siswa lahir tanpa warisan/pembawaan apa-apa dari
orang tuanya dan belajar adalah kegiatan refleks-refleks jasmani
terhadapstimulus yang ada (S-R theory) serta tidak ada hubungannya dengan bakat
dan kecerdasan atau warisan/pembawaan.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi
yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahan.
Penulis banyak berharap kepada para pembaca agar
sudi memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya bagi
para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin Syah, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Rosda Karya.2001
Oemar Hamalik, Drs. Metode
belajar dan kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1975
Al-Ghazali,
Imam. 1994. Ihya ‘Ulumiddin jilid IX. Semarang: Asy-syifa’
Afiatin, T. Belajar Pengalaman Untuk Meningkatkan Memori. Anima, Indonesian Psychological Journal. 2001. Vol. 17. No. 1. 26-35.
Atkinson, R , Richard, A, Hilgard, E .2000. Pengantar Psikologi. Jilid 1, Edisi 8. Penerjemah : Agus, D, Michael, A. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi, Edisi 1, Cetakan 10. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Matlin, M. W. 1998. Cognition. Fourth Edition. Florida : Harcourt Brase & Company.
Afiatin, T. Belajar Pengalaman Untuk Meningkatkan Memori. Anima, Indonesian Psychological Journal. 2001. Vol. 17. No. 1. 26-35.
Atkinson, R , Richard, A, Hilgard, E .2000. Pengantar Psikologi. Jilid 1, Edisi 8. Penerjemah : Agus, D, Michael, A. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi, Edisi 1, Cetakan 10. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Matlin, M. W. 1998. Cognition. Fourth Edition. Florida : Harcourt Brase & Company.