BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrat manusia akan selalu hidup bersama. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi dan komunikasi baik dengan alam lingkungan dengan sesamanya maupun dengan Tuhannya.
Dalam proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa aktif, kreatif, produktif dan resetif apresiatif yang mana salah satu unsurnya adalah keterampilan menyimak yang bertujuan untuk menangkap dan memahami pesan ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.
Dengan demikian menyimak sangat penting dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu, akan dibahas pengertian menyimak, tahap-tahap kegiatan menyimak, aneka ragam menyimak, fungsi, tujuan, hakikat menyimak, proses menyimak, kemampuan menyimak para siswa SD, dan juga hal-hal yang perlu disimak.
BAB II
ISI
1. Batasan dan Pengertian Menyimak
Dalam bahasa karo terdapat suatu pemeo yang berbunyi “Tuhu nge ibegina, tapi labo idengkehkenna” yang artinya “memang di dengarnya, tapi tidak di simaknya”. Memang tidak dapat di sangkal bahwa di dunia ini terdapat banyak telinga yang kegiatannya hanya sampai pada tingkat mendengar saja, belum sampai pada taraf menyimak.
Don Brown, dalam disertasinya yang berjudul “Auding as the Binary Language Ability” pada stanford university, 1954, menyatakan bahwa istilah hearing dan listening keduanya terbatas dalam makna, dan bahwa auding yang diturunkan dari kata kerja neologis to aud, lebih tepat melukiskan, dan memberikan keterampilan yang ada sangkut-pautnya dengan para guru.
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah di sampaikan oleh pembicara.
2. Tahap-tahap menyimak
Ruth G. Stricland menyimpulkan ada sembilan tahapan menyimak, mulai dari yang tidak ketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh, yaitu sebagai berikut:
a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.
b. Menyimak dengan perhatian dangkal, karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati anak.
d. Menyimak serapan karena anak keasikan menyerap hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
e. Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang di simak, karena perhatiannya terganggu oleh keasikan lain dan hanya mendengarkan hal-hal yang menarik saja.
f. Menyimak asosiatif; hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap pesan yang di sampaikan pembicara.
g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan memberi komentar maupun pertanyaan.
h. Menyimak secara seksama, mengikuti jalan pikiran pembicara dengan sungguh-sungguh.
i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan pembicara.
Ada pakar lain yang mengemukakan adanya tujuh tahapan menyimak yaitu:
a. Isolasi
b. Identifikasi
c. Integrasi
d. Infeksi
e. Interpretasi
f. Interpolasi
g. Intropeksi
3. Ragam Menyimak
a. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyinyak yang mengenai hal-hal yang lebih umum dan bebas terhadap suatu tujuan, tidak perlu di bawa bimbimbingan langsung dari seorang guru.
Secara psikologis, menyimak ekstensif terhadap bahasa “nyata – sebagai lawan dari bahasa “tulis” – akan sangat memuaskan selama kegiatan tersebut dapat memperagakan bahwa upaya-upaya para siswa di dalam kelas akan dapat memberi keuntungan dalam kehidupan lingkungan bahasa yang hidup. Salah satu dari kegagalan pengajaran bahasa yang paling besar dan paling umum adalah bahwa apa-apa yang diajarkan kepada para siswa secara keseluruhan tidak mencukupi untuk menggarap serta menangani arus yang berhubungan dengan bahan simakan yang datang kepadanya dari segala arah pada saat ia berada ditempat asing.
Menyimak ekstensif dapat pula memberi kesempatan bagi siswa untuk mendengar dan menyimak butir-butir kosa kata dan struktur-struktur yang masih asing baginya yang terdapat dalam arus ujaran yang berada didalam jangkauan dan kapasitasnya.
Bercerita, terutama bagi usia muda merupakan suatu contoh bagi bahan menyimak ekstensif. Guru merupakan sumber modal dalam bercerita. Karena salah satu tujuan dari menyimak ekstensif adalah menyajikan kembali bahan lama dengan cara yang baru. Pada umumnya, sumber yang baik bagi berbagai aspek menyimak ekstensif adalah rekaman-rekaman yang dibuat oleh diri sendiri karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang hendak dicapai.
Menyimak ekstensif dapat di bagi menjadi empat, yaitu:
a) Menyimak Sosial
Menyimak sosial biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik, sehingga orang yang hadir saling mendengarkan dan memberi respon yang wajar terhadap apa yang dikatakan rekannya.
Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup dua hal, yaitu:
v Menyimak secara sopan santun dan penuh perhatian terhadap percakapan dalam situasi-situasi sosial dalm satu maksud.
v Menyimak serta memahami peranan pembicarrra dan penyimak dalm proses komunikasi tersebut.
Orang-orang yang dapat menaati kedua hal diatas dapat dikatan sebagai anggota masyarakat yang baik.
b) Menyimak Sekunder
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan. Seperti contoh berikut,menyimak musik yang mengiringi ritme-ritme, tarian-tarian rakyat disekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita sedang menulis surat pada seorang teman dirumah.
c) Menyimak Estetik
Menyimak estetik adalah kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk kedalam menyimak ekstensif, mancakup: menyimak musik, puisi, pembacaan bersama atau drama radio dan rekaman-rekaman serta menikmati cerita teka-teki dan lakon-lakon yang dibicarakan atau diceritakan oleh guru, siswa, dan ataupun aktor.
d) Menyimak Pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar dan biasanya menandai kita pada saat belajar kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai serta menguasai suatu bahasa.
Untuk memberikan kesempatan kepada otak kita untuk melakukan pekerjaan seefisien mungkin, kita perlu menggunakan teknik-teknik yang bermanfaat, antara lain:
ΓΌ Berilah otak dan telinga kesempatan menyimak banyak-banyak
ΓΌ Tenang dan santai, maksudnya tidak boleh gelisah dalam belajar seakan-akan memutuskan upaya otak untuk melakukan tugasnya.
ΓΌ Jangan memasang rintangan bagi bunyi.
ΓΌ Berikanlah waktu yang cukup bagi telinga dan otak untuk mendengarkan sesuatu.
ΓΌ Berikan kesempatan bagi otak dan telinga bekerja, sementara kita mengerjakan sesuatu yang lain.
b. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada butir-butir bahwa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa, pemahaman serta pengertian umum. Menyimak intensif dapat dibagi enam yaitu:
a) Menyimak Kritis
Menyimak kritis adalah kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan hal-hal yang baik dan benar dari ujaran pembicara, dengan alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cendrung meneliti letak kekurangan, kekeliruan, ketidak telitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraaan seseorang.
Secara agak terperinci kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak kritis adalah:
ΓΌ Memperhatikan kebiasaan-kebiasaan ujaran yang tepat, kata, pemakaian kata dan unsur-unsur kalimatnya.
ΓΌ Menetukan alasan “mengapa”.
ΓΌ Memahami aneka makna petunjuk konteks.
ΓΌ Membedakan fakta dari fantasi.
ΓΌ Membuat keputusan-keputusan.
ΓΌ Menarik kesimpulan-kesimpulan.
ΓΌ Menemukan jawaban bagi masalah tertentu.
ΓΌ Menentukan mana informasi baru atau informasi tambahan bagi suatu topik.
ΓΌ Menafsirkan, menginterpretasikan ungkapan, idiom, dan bahasa yang belum umum untuk dipakai.
ΓΌ Bertindak objektif dan evaluatif untuk menentukan keaslian, kebenaran, kecerobohan, kekurangtelitian serta kekeliruan.
Dalam kegiatan menyimak kritis ini, ada empat konsep penting yang harus kita miliki, yaitu:
ΓΌ Penyimak harus yakin bahwa pembicaraan telah mendukung serta mendokumentasikan masalah-masalah yang mereka kemukakan.
ΓΌ Penyimak mengharapkan agar pembicara mengemukakan masalah-masalah khusus.
ΓΌ Penyimak mengharap agar pembicara mendemonstrasikan keyakinannya pada suatu topik tertentu.
ΓΌ Penyimak harus percaya dan menuntut dengan tegas agar pembicara bergerak dari hal-hal umum ke khusus.
b) Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif sering disebut a study-type listening atau menyimak yang merupakan kegiatan sejenis telaah. Kegiatan yang tercangkup dalam menyimak konsentratif adalah:
ΓΌ Mengikuti petunjuk.
ΓΌ Mencari hubungan.
ΓΌ Mencari informasi.
ΓΌ Memperoleh pemahaman.
ΓΌ Menghayati ide-ide.
ΓΌ Memahami urutan ide-ide.
ΓΌ Mencatat fakta-fakta.
c) Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif adalah kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekontruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan kinestetik terhadap apa-apa yang disimaknya. Kegiatan dalam menyimak kreatif:
ΓΌ Mengasosiasikan makna-makna dengan pengalaman menyimak
ΓΌ Merekontruksi imaji-imaji visual sementara menyimak
ΓΌ Mengadaptasikan imaji dengan pikiran imajinatif dalam karya
ΓΌ Memecahkan masalah, memeriksa, dan mengujinya
d) Menyimak Eksplorasif
Menyimak eksploratif adalah kegiatann menyimak intensif dengan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah. Tujuan dari kegiatan dalam menyimak eksplorasif adalah sebagai berikut:
ΓΌ Menemukan hal-hal baru
ΓΌ Menemukan informasi tambahan
ΓΌ Menemukan isyu menarik
e) Menyimak Interogatif
Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, sebab sang penyimak akan mengajukan pertanyaan sebanyak mungkin yang mencakup apa, siapa, mengapa, di mana, ke mana, untuk apa, benarkah, dan sebagainya.
f) Menyimak Selektif
Menyimak pasif perlu dilengkapi dengan menyimak selektif, alasan nya:
· Kita jarang mendapat kesempatan untuk berpartisipasi secara sempurna dalam suatu kebudayaan asing, itu mengganggu kapasitas kita untuk menyerap.
· Kebiasaan-kebiasaan kita cenderung membuat kita menginterprestasikan kembali rangsangan-rangsangan akustik yang disampaikan oleh telinga ke otak dan karena itu kita memperoleh suatu impresi yang dinyatakan dengan tidak sebenarnya terhadap bahasa asing.
Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian terhadap urutan prosedur yang disarankan sebagai berikut:
ΓΌ Nada suara
Nada suara, apakah turun atau naik ataupun mendatar merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan mengenai suatu bahasa baru. Kalau seseorang pertama sekali mendengarkan suatu bahasa asing , maka dia biasanya memperoleh kesan bahwa benar-benar tiada limit variasi-variasi puncak atau nada suara pada aneka ragam kata, frase, dan kalimat. Tetapi, secara berangsur-angsur semakin banyak seseorang menyimak suatu bahasa, maka semakin tinggi pula kesadarannya bahwa sebenarnya ada sejumlah batas yang amat tegas tempat orang berbuat dengan suaranya.
ΓΌ Bunyi-bunyi asing
Segi berikutnya yang harus disimak secara selektif adalah bunyi-bunyi bahasa asing dalam suatu bahasa tertentu. Setiap orang yang menyimak secara saksama pada bunyi-bunyi suatu bahasa, hampir tanpa kecuali, dia mendapat bahwa dia menggerakkan lidah, bibir, dan rahang dalam meniru bunyi yang bersangkutan. Semua itu terjadi tanpa upaya suatu upaya sadar untuk menggerakkan aneka bagian alat bahasa.
ΓΌ Bunyi-bunyi yang bersamaan
Kita sering mendapati bunyi-bunyi yang bersamaan misalnya kita menemui dalam suatu bahasa suatu bunyi perantara antara p dan b. Bahasa-bahasa tidak lebih dari sistem-sistem lambang yang amat rumit, amat kompleks, dan haruslah merupakan sistem-sistem atau kita tidak akan pernah dapat mengingatnya.
ΓΌ Kata-kata dan frase-frase
Setiap orang yang menyimak secara saksama pada suatu bahasa asing akan segera melihat, menemukan kombinasi-kombinasi bunyi yang terjadi berulang-ulang. Bila seseorang mendengar beulang kali kombinasi-kombinasi yang terdiri atas lima atau enam suku kata maka agaknya ini merupakan frase. Salah satu dari frase-frase yang paling penting dalam menyimak frase-frase dan kalimat-kalimat secara selektif, ataupun menyimak frase-frase dan kalimat-kalimat secara selektif adalah memahami dari konteks apa makna yang dikandungnya. Menyimak secara selektif terhadap kata-kata biasanya mulai dengan memperhatikan setiap kombinasi bunyi yang muncul berulang-ulang, yang seolah-olah “lebih menonjol” dalam arus ujaran.
ΓΌ Bentuk-bentuk ketatabahasaaan
Dalam kebanyakan bahasa, apa yang kita sebut “kata” itu tidak selalu muncul dan kelihatan dalam bentuk yang sama. Kadang-kadang suatu tambahan dilekatkan pada kata itu. Contohnya: “berlari=lari, melihat=lihat”.
Apabila kita mempelajari lebih banyak lagi struktur ketatabahasaan suatu bahasa, maka hendaknya kita menyimak secara selektif pada setiap tipe ketatabahasaan, seperti jenis kelamin, waktu,modus, bentuk, susunan kata, frase, klausa.
Salah satu keuntungan utama menyimak secara selektif pada struktur-struktur ketatabahasaaan adalah bahwa struktur-struktur yang diserap oleh proses ini cenderung membuat “kebiasaan-kebiasaan dalam otak kita”.
4. Tujuan Menyimak
Ada empat fungsi menyimak, antara lain:
v Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi
v Membuat hubungan antar pribadi lebih efektif
v Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang lebih masuk akal
v Agar dapat memberikan responsi yang tepat
Tujuan orang menyimak sesuatu itu beraneka ragam, antara lain:
v Menyimak untuk belajar
v Menyimak untuk menikmati
v Menyimak untuk mengevaluasi
v Menyimak untuk mengapresiasi
v Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide
v Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi
v Menyimak untuk memecahkan masalah
v Menyimak untuk meyakinkan
Ada lima hakikat menyimak, yakni mencakup:
v Sebagai sarana atau alat
v Sebagai keterampilan berkomunikasi
v Sebagai seni
v Sebagai proses
v Sebagai responsi
v Sebagai pengalaman kreatif
5. Proses Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Proses menyimak mencakup tahap-tahap sebagai berikut:
a) Tahap mendengar (hearing); dalam tahap ini kita mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujarannya.
b) Tahap memahami (understanding); setelah mendengar maka ada keinginan untuk mengerti isi ujaran sang pembicara.
c) Tahap menafsirkan (interpreting); penyimak yang baik belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin menafsirkan butir-butir pendapat yang terdapat dalam ujaran sang pembicara.
d) Tahap mrenilai (evaluating); pada tahap ini sang penyimak mulai menilai ujaran sang pembicara, dimana kelebihan dan kekurangannya.
e) Tahap menanggapi (responding); merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide yang dikemukakan oleh sang pembicara.
6. Kemampuan Menyimak Siswa Sekolah Dasar
Tujuan utama pengajaran bahasa indonesia adalah agar para siswa terampil berbahasa, dalam pengertian terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, dan terampil menulis.
Taman kanak-kanak
a) Menyimak pada teman sebaya.
b) Mengembangkan waktu perhatian yang amat opanjang terhadap cerita dan dongeng.
c) Dapat mengingat petunjuk-petunjuk dan pesan-pesan sederhana.
Kelas satu (5 1/2 – 7 tahun)
a) Menyimak untuk menjelaskan, menjernihkan pikiran dan untuk mendapat jawaban atas pertanyaan.
b) Dapat mengulangi secara tepat apa-apa yang telah didengarkan.
c) Menyimak bunyi-bunyi tertentu pada kata-kata lingkungan.
Kelas dua (6 1/2 – 8 tahun)
a) Menyimak dengan kemampuan memilih yang meningkat.
b) Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan pertanyaan untuk mengecek pengertiannya.
c) Sadar akan situasi, bila sebaiknya menyimak atau sebaliknya.
Kelas tiga dan empat (7 1/2 – 10 tahun)
a) Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai sumber informasi dan kesenangan.
b) Menyimak pada laporan orang lain, dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan yang bersangkutan dengan itu.
c) Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
Kelas lima dan enam (91/2 – 11 tahun)
a) Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan, kesalahan, propaganda, dan petunjuk yang keliru.
b) Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan memperoleh kesenangan dalam menemui dalam tipe-tipe baru.
7. Hal-Hal yang Perlu Disimak
Khusus mengenai bahasa, terutama bahasa asing para pelajar haruslah menyimak serta mengenal butir-butir berikut:
a) Bunyi-bunyi fonemis (distingtif).
b) Urutan-urutan bunyi.
c) Kata-kata tugas.
d) Infleksi.
e) Perubahan bunyi dalam derifasi.
f) Pengelompokan struktural.
g) Petunjuk urutan kata.
h) Makna kata-kata.
i) Kata-kata salam, sapaan, dan lain-lain.
j) Makna budayawi (cultural meaning).
BAB III
PENUTUP
Hakekat dari ilmu menyimak adalah suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan merealisasi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan.
Jadi menyimak sangatlah penting bagi para pelajar terutama siswa SD, menyimak bertujuan untuk menangkap, memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Keterampilan menyimak sangatlah penting, baik di luar maupun di sekolah, namun demikian di Indonesia kelihatanya belum mendapat tempat yang menggembirakan. Hal ini terbukti belum dimasukannya menyimak secara eksplisit pada GBPP bidang studi.
Kegiatan menyimak ternyata besar sekali peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga, di masyarakat di pabrik, di kantor, di perusahaan, di sekolah dan sebagainya.
Kita tahu bahwa kegiatan menyimak sangat banyak dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah, namun kenyataannya masih jarang sekali orang-orang yang berminat mengadakan penelitian di bidang menyimak.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan . Bandung: Anghkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar